Sakti “Sheila On 7”

Johan Sompotan – Okezone

SAKTI selepas dua tahun melepaskan segala kemewahan lebih senang tampil dengan jambang, kerana mengikut sunah nabi. Ketika ditemui, Sakti menjaga tertib matanya dengan tidak memandang penulis.

DIKENALI sebagai pemain gitar kedua grup terkenal Indonesia, Sheila On 7 (SO7), Sakti yang duduk di hadapan kami, berkata, hari ini cukup berbeda dengan apa yang pernah dilihat sepanjang karirnya dalam industri musik lebih enam tahun lalu.

Dalam pertemuan eksklusif yang diatur teman di kediaman Eross di Yogyakarta – Indonesia, kelihatan mukanya dijalari janggut, menyarung baju dan khakis polos. Bicaranya teratur. Sakti membuka lembaran sejarah hidupnya – dari zaman jahiliah menjadi orang yang mencoba istiqamah terhadap Islam.

“Saya takut mati dan api neraka itu maha dahsyat,” kata Sakti serius. Perasaan takut mati itu terbetik selepas dia membaca sebuah buku dengan judul Menjemput Sakaratul Maut Bersama Rasulullah di dalam sebuah toko buku di Lapangan Terbang Yogyakarta sewaktu mau ke Malaysia untuk menghadiri Anugerah Industri Muzik (AIM) dua tahun lalu.

“Saya masuk ke sebuah toko buku, terlihat buku ini dan fikiran saya terbayang tentang kapal terbang yang kerap terhempas dan jatuh.

“Saya bayangkan kalau pesawat terbang saya terhempas dan saya mati, apa bekal yang sudah saya punya? Saya tiada apa-apa. Tapi saya percaya mati tetap akan datang kepada saya pada waktu yang tidak bisa kita perkirakan,” ceritanya dia kemudian membeli buku tersebut dan setelah selesai membaca buku tersebut sepanjang kembali ke Malaysia.

Kembali ke Indonesia, dia terus dibelenggu perasaan takut mati selepas menjaga ibunya yang sakit di Rumah Sakit selain membaca sebuah tabloid yang menyiar isu kematian. Kejadian yang beruntun ini, kata Sakti, sebagai satu petunjuk agar dirinya berubah.

Dilepaskannya status pemain gitar SO7 saat grup ini sedang berada di puncak.

“Saya bertekad membuat keputusan dan tidak merasa rugi melepaskan status sebaagai artis pada saat puncak kami karena saya sendiri sudah tidak bisa lagi fokus pada hiburan.

“Adakah saya menyesal melepaskan kemewahan dunia? Tidak sama sekali karena saya lebih rela melepaskan semua di dunia sebelum saya dijemput ‘pulang’.

“Saya tidak mau menyesal di akhirat kelak dan tidak terbayang panas api di sana,” kata Sakti yang turut mengaku kerap menangis mengenang dosa masa silam.

Usai resmi keluar dari SO7, anak kedua dari tiga bersaudara ini berangkat ke Pakistan (menuntut di sebuah masjid di Rewin) dalam usahanya menajdi seorang Muslim sejati selama dua bulan sebelum kembali ke Indonesia dan menimba ilmu daripada para ulama di negara sendiri.

“Di Pakistan saya diajar menyayangi agama Islam sebagai sebuah agama yang indah.”

Lantas sewaktu diceritakan tentang zaman jahiliahnya dahulu, Sakti tersenyum dan berkata: “Dulu saya pemabuk,” katanya dengan nada menyesal dan menambah: “Saya mulai minum alkohol sejak zaman sekolah, bukan semasa jadi artis. Saya hanya berhenti minum pada usia 26 tahun sewaktu mahu beralih menjadi umat Islam yang sebenarnya.”

Tambah Sakti, solat lima waktu juga selalu bolong-bolong, apalagi solat Jumaat yang diakuinya paling jarang dilakukan. Setelah mendapat hidayah dan memahami disiplin kehidupan yang telah ditentukan Tuhan, dia takut untuk meninggalkan solat.

Apa lagi saat membayangkan kalau tiba-tiba dirinya dijemput ‘pergi’ tanpa sempat ‘bermanja’ dengan Tuhan.

Tanpa kemewahan, kata suami kepada Miftahul Jannah, 23, dia menjalani kehidupan kini serba sederhana sambil menjadi pengusaha sebuah mini market sejak tiga bulan lalu di kampung halamannya.

Ditanya tidakkah rindu untuk memeluk keenakan hiburan, pantas dia menggeleng. Namun dia masih menyentuh gitar.

“Tapi bukan untuk dipertontonkan seperti dulu. Saya juga masih mendengar muzik, tapi lebih senang kepada nasyid atau memuji Islam seperti karya-karya Yusuf Islam. Muzik rock sudah jarang,” ujarnya yang tidak pernah menganggap hiburan sebagai perosak jiwa, tetapi ia menjadi rosak dengan penerimaan yang salah.

Sedang menghitung waktu untuk menggarap album berbentuk Islamik bersama seorang teman, Sakti saat diminta menyimpulkan kehidupannya kini memberitahu: “Nikmat punya agama seindah Islam memberi efek luar biasa dalam hati saya.

“Apa yang saya bimbangkan kini jika Tuhan memutarbalikan hati saya seperti dahulu. Nauzubillah, karena saya mau terus berada dalam hidayahnya sehingga saya mati.”


  1. arief

    subhanallah, maha suci allah yang bisa pemilik segala jiwa dan raga manusia yang telah memberi hidayah pada sakti.

  2. Mas!!!! gmana kabarnya ? MasyaAlloh, masih ingat gak tentang Pakde Masy?

    Subhanalloh!!!! gmana mas supaya dapat menjadi manusia yang mudah taat kpda Alloh?

  3. bella

    AllahhuAkbar….mudah2 qt smua diberi hidayah bs menuju kejln yg diridhoi Allah Swt amien ya Robbalalamien ,by the way kapan bs da’wah ke amerika?

  4. andromedha

    semoga akan ada cahaya terang lain yang menyentuh rumahku
    selamat buat Salman Al Jogjawi

  5. ragiliana

    subhanallah..

    allah emang slalu punya sekenario yang terbaik buat umat nya..

  6. 28 Jun 2009 saya dapat kesempatan mendengarkan ceramah mas shakti tentang kebesaran Allah Swt dan usaha memelihara iman. saya kagum padanya karena telah berani dan sanggup meninggalkan ketenaran disaat usia muda dan hijrah kepada usaha agama, semoga istikomah.

  7. Yorfi Tanjung

    Assalamu’alaikum,…… wahai sahabatku semasa SD masih ingatkah kau dgnku?….. Smg slamat&barokah slalu beserta kita semua,…. Wassalam,….

  8. raffy

    semangat bang dakwah seluruh dunia..!

  9. dwi

    Hari ini mas Sakti melaunching albumnya

  10. eko

    semoga itu adalah sebuah jalan yang benar menuju yang kuasa
    terus terang kadang aku juga merasa iri pada orang2 yang telah merasakan nikmatnya cinta kepada sang maha pencipta

  11. Nurina

    bisa kasih alamat rumah enggak ? kami pingin Anda mengisi pengajian d masjid dekat rumah kami di perumahan cepoko indah, Kuden sitimulyo piyungan bantul. jazakillah khoiron katsiro

  12. utman albanat

    allahuakbar!




Tinggalkan Balasan ke Thohir Batalkan balasan